Tuesday, June 5, 2012

Teknik-Teknik Konseling

Informasi Halaman :
Author : Syarif Hidayatullah, Staf Pengajar PAI di SMK Umar Mas'ud Sangkapura.
Judul Artikel : Teknik-Teknik Konseling
URL : http://ibnsyam.blogspot.com/2012/06/teknik-teknik-konseling.html
Bila berniat mencopy-paste artikel ini, mohon sertakan link sumbernya. ...Selamat membaca.!

Seperti yang telah dijelaskan bahwa didalam menjelaskan konseling seseorang tidak akan lepas dari teknik apa yang digunakan dalam konseling tersebut. [1] Yang dimaksud teknik konseling di sini adalah cara- cara tertentu yang digunakan oleh seorang konselor dalam proses konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi- kondisi di lingkungannya yakni nilai- nilai sosial, budaya, dan agama.
Bagi seorang konselor, menguasai teknik- teknik konseling merupakan suatu keniscayaan. Dalam proses konseling, penguasaan terhadap teknik konseling merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespons klien secara baik dan benar sesuai keadaan klien saat itu. Rsespons yang baik berupa pertanyaan- pertanyaan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien terbuka untuk menyatakan secara bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya (Sopyan, S. Wilis, 2004: 157).
Sebagai suatu proses, implementasi teknik- teknik konseling akan melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap- tahap tersebut adalah:



1.      Persiapan konseling
Pada tahap ini, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh konselor untuk memulai proses konseling yaitu, membentuk kesiapan untuk konseling, memperoleh riwayat kasus, dan evaluasi psikodiagnostik.
a.       Kesiapan untuk konseling
Untuk dapat melakukan konseling secara efektif dan agar konseling berhasil dan berdaya guna, konselor harus melakukan persiapan. Begitu juga klien, agar dapar berpartisipasi secara aktif sesuai tuntutan konseling, harus siap untuk mengikuti konseling. Tanpa partisipasi dari klien atau tanpa kesiapan klien, proses konseling bisa gagal.
Hal- hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling terutama yang berhubungan dengan klien adalah:
1)      memotivasi klien untuk memperoleh bantuan
2)      pengetahuan klien tentang konseling
3)      kecakapan intelektual
4)      tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri
5)      harapan- harapan terhadap peran konselor
6)      sistem pertahanan diri
Motivasi klien untuk memperoleh bantuan akan menentukan jalannya proses konseling. Klien yang mengikuti sesi konseling karena mengikuti keinginan guru wali kelas atau orang lain termasuk konselornya sendiri (terpaksa), akan berbeda partisipasinya dalam konseling jika motivasi mereka benar- benar ingin memperoleh bantuan. Begitu pun klien yang mengetahui tentang konseling. Klien yang tidak mengetahui tentang konseling, ia tidak akan maksimal memanfaatkan jasa konselor.
Dalam proses konseling harus ada respons- respons tertentu dari klien. Klien yang kemampuan intelektualnya rendah, akan sulit merespons proses konseling. Ada klien yang mampu melihat masalahnya sendiri dan ada yang tidak. Klien yang mampu melihat masalahnya sendiri, akan mampu berpartisipasi secara aktif dalam konseling sehingga proses konseling akan berjalan secara lancar. Sebaliknya, klien yang tidak mampu melihat masalahnya sendiri, akan sulit untuk berpartisipasi dalam proses konseling. Klien yang banyak berharap dan mengerti peran- peran konselor, ia akan memanfaatkan jasa konselor secara maksimal, sebaliknya yang tidak mengerti tentang peran- peran konselor, maka ia tidak akan banyak berharap bahwa konselor dapat membantunya untuk memecahkan masalah.
Agar klien siap dalam mengikuti konseling, disarankan kepada konselor agar melakukan hal- hal berikut:
1)      memulai pembicaraan dengan berbagai pihak tentang berbagai topik masalah dan pelayanan konseling yang diberikan,
2)      menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif sehingga merangsang siswa untuk memperoleh bantuan,
3)      menghubungi sumber- sumber referal (rujukan) misalnya dari organisasi dan sekolah,
4)      memberikan informasi kepada klien tentang dirinya dan prospeknya,
5)      melalui proses pendidikan itu sendiri, dan
6)      melakukan orientasi pra konseling.

b.      Riwayat kasus
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa lalu. Secara sederhana riwayat kasus bisa dikatakan melakukan identifikasi terhadap masalah- masalah yang dialami klien. Menurut Surya (1988: 160), riwayat kasus dapat dibuat dalam bentuk:
1)      Riwayat konseling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan pada masalah- masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui wawancara konseling,
2)      Catatan komulatif (commulative record), yaitu suatu catatan tentang berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan seseorang,
3)      Biografi dan autobiografi,
4)      Tulisan- tulisan yang dibuat sendiri oleh siswa yang berkasus sebagai dokumen pribadi (mungkin dalam bentuk catatan anekdot),
5)      Grafik waktu tentang kehidupan siswa yang berkasus.
c.       Evaluasi psikodiagnostik
Dalam bidang medis, diagnosis diartikan sebagai suatu proses memeriksa gejala, memperkirakan sebab- sebab, mengadakan observasi, menempatkan gejala dalam kategori, dan memperkirakan usaha- usaha penyembuhannya. Dalam bidang psikologis, proses diagnosis mempunyai beberapa arti dan sulit dipisahkan secara tegas sebagaiman halnya dalam bidang medis. Secara umum diagnosis dalam bidang psikologis berarti pernyataan tentang masalah klien, perkiraan sebab- sebab kesulitan, kemungkinan teknik- teknik konseling untuk memcahkan masalah, dan memperkirakan hasil konseling dalam bentuk tingkah laku klien di masa yang akan datang. (Surya, 1988: 162)
Selanjutnya menurut Surya (1988) psikodiagnostik mempunyai dua arti yaitu, pertama sebagai suatu klasifikais deskriptif masalah- masalah yang sama dengan klasifikasi psikiatris untuk gangguan neurosis, psikosis, dan karakter yang selanjutnya disebut diagnosis diferensial. Kedua, psikodiagnosis sebagai suatu prosedur menginterpretasikan data kasus, yang selanjutnya disebut diagnosis struktural.
Penggunaan tes psikodiagnosis dalam konseling berfungsi untuk:
1)      menyeleksi data yang diperlikan bagi konseling
2)      meramalkan keberhasilan konseling
3)      memperoleh informasi yang lebih terinci
4)      merumuskan diagnostic yang lebih tepat
Dalam proses konseling memerlukan teknik- teknik tertentu sehingga konseling bisa berjalan secara efektif dan efisien atau berdaya guna dan berhasil guna. Adapun teknik dalam konseling adalah sebagai berikut:
1)      Teknik rapport
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjambatani hubungan antara konsleor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Implementasi teknik ini dalam konseling adalah:
a)      pemberian salam yang menyenangkan
b)      menetapkan topik pembicaraan yang sesuai
c)      susunan ruang konseling yang menyenangkan
d)      sikap yang ditandai dengan: kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, dan menjamin kerahasiaan klien
e)      kesadaran terhadap hakekat klien secara alamiah
2)      Perilaku attending
Attending merupakan upaya konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan.
Perilaku attending berkenaan dengan teknik penerimaan konselor terhadap klien. Teknik penerimaan menggambarkan cara bagaimana konselor menerima klien dalam proses atau sesi konseling. Atau cara bagaimana konselor bertindak agar klien merasa diterima dalam proses konseling. Teknik ini dalam proses konseling bisa diwujudkan melalui ekspresi wajah (misalnya ceria atau cemberut). Selanjutnya juga bisa diwujudkan dalam bentuk tekanan atau nada suara dari konselor (tinggi, mendatar, rendah) dan jarak duduk antara konselor dan klien.
3)      Teknik structuring
Structuirng adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas- batas, dan tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Structuring memberikan kerangka kerja atai orientasi terapi kepada klien. Structuring ada yang bersifat implisit di mana secara umum peranan konselor diketahui oleh klien dan ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasai proses konseling.
4)      Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending, karena tanpa attending tidak akan ada empati.
5)      Refleksi perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk katap- kata yang segar dan sikap yang diperlukan terhadap klien. Refleksi perasaan juga merupakan teknik penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan (tahap awal konseling) dilakukan dan sebelum pemberian informasi serta tahap interpretasi dimulai.

6)      Teknik eksplorasi
Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan,
pengalaman, dan pikiran klien. Eksplorasi ada tiga macam yaitu, eksplorasi perasaan, eksplorasi pikiran, dan eksplorasi pengalaman.
7)      Teknik paraphrasing (menangkap pesan utama)
Tujuan paraphrase antara lain adalah mengatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien, untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien, mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan, memberi arah wawancara konseling, mengecek kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
8)      Teknik bertanya
Teknik bertanya ada dua macam yaitu bertanya terbuka (open question) dan bertanya tertutup (closed question).
9)      Dorongan minimal (minimal encouragement)
Dorongan minimal yaitu suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien.
10)  Interpretasi
Interpretasi merupakan upaya konselor mengulas pikiran, perasaan, dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori- teori tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau tingkah laku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru.
11)  Teknik mengarahkan (directing)
12)  Teknik menyimpulkan sementara (summarizing)
Tujuan dari teknik ini adalah memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik (feed back) dari hal- hal yang telah dibicarakan bersama konselor, untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap, untuk meningkatkan kualitas diskusi, mempertajam atau memperjelas fokus atau arah wawancara konseling.
13)  Teknik- teknik memimpin
Memimpin dalam konseling bisa memiliki dua arti, pdrtama menunjukkan keadaan di mana konselor berada di dalam atau di luar pikiran klien. Kedua, keadaan di mana konselor mengarahkan pikiran klien kepada penerimaan perkataan konselor.
Teknik ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak menyimpang dari fokus yang dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus pada tujuan konseling.
14)  Teknik fokus
Fokus akan membantu klien untuk memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan. Ada empat fokus dalam konseling, pertama fokus pada diri klien. Kedua, fokus pada orang lain. Ketiga, fokus pada topik. Keempat, fokus mengenai budaya.
15)  Teknik konfrontasi
Dalam konseling dikenal juga dengan “memperhadapkan”. Teknik konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Tujuannya adalah mendorong klien untuk mengadakan penelitian diri secara jujur (introspeksi diri secara jujur), meningkatkan potensi klien, membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi (kondisi pertentangan antara harapan seseorang dengan kondisi nyata di lingkungan) dari klien dengan, inkonsistensi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
16)  Penjernihan (Clarifying)
Tujuannya adalah pertama mengundang klien untuk menyatakan pesanya secara jelas, ungkapan kata- kata yang tegas, dan dengan alasan- alasan yang logis. Kedua, agar klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaannya.
17)  Memudahkan (Fasilitating)
Fasilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas.
18)  Diam sebagai suatu teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik. Dalam konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap ada, yaitu melalui perilaku non verbal.
Dalam konseling, diam bisa memiliki beberapa makna, pertama penolakan atau kebingungan klien. Kedua, klien atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu mengatakan apa selanjutnya. Ketiga, kebingungan yang didorong oleh kecemasan atau kebencian. Keempat, klien mengalami perasaan sakit dan tidak siap untuk berbicara. Kelima, klien mengharapkan sesuatu dari konselor. Keenam, klien sedang memikirkan apa yang dikatakan. Ketujuh, klien baru menyadari kembali dan ekspresi emosional sebelumnya (Surya, 1988: 165).
Tujuan teknik ini adalah menanti klien yang sedang berpikir, sebagai protes apabila klien berbicara berbelit- belit (nglantur), menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara (Surya, 1988: 165).
19)  Mengambil inisiatif
Teknik ini diterapkan apabila: (1) untuk mengambil inisiatif apabila klien kurang bersemangat, (2) klien lambat berpikir untuk mengambil keputusan, dan (3) klien kehilangan arah pembicaraan.
20)  Memberi nasihat
21)  Pemberian informasi
22)  Merencanakan
Rencana yang baik harus merupakan hasil kerja sama antara konselor dengan klien.
23)  Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu kesimpulan.
24)  Teknik mengakhiri
Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor dengan cara: (1) mengatakan bahwa waktu sudah habis, (2) merangkum isi pembicaraan, (3) menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang (menetapkan jadwal pertemuan sesi berikutnya), (4) mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan, (5) menunjukkan catatan- catatan singkat hasil pembicaraan konseling, (6) memberikan tugas- tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.


[1] Bimo walgito bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Yayasan penerbitan fakultas psikologi UGM Yokyakarta. 1982. hal: 96
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di ibnsyam.blogspot.com

0 komentar:

Post a Comment

Pembaca yang baik, selalu meningggalkan pesan.