Senangnya
Meneladani Para Nabi dan Ashabul Kahfi
A. Kisah Keteladanan Nabi Yunus
Nabi Yunus `alaihissalam diutus oleh Allah untuk berdakwah
kepada penduduk Ninawa di wilayah Maushil, Irak. Penduduk kampung Ninawa
berpaling dari jalan Allah dan menyembah berhala.
Nabi Yunus `alaihissalam mengajak mereka beriman dan
meninggalkan sesembahan selain Allah. Seruan Nabi Yunus `alaihissalam untuk
menyembah Allah ditolak penduduk Ninawa.
Allah memberi tahu Nabi Yunus `alaihissalam bahwa Allah akan
mengazab umat tersebut setelah berlalu tiga hari. Lalu, Nabi Yunus
`alaihissalam menyampaikan perihal azab itu kepada kaumnya, kemudian ia pergi
meninggalkan mereka. Melihat Nabi Yunus `alaihissalam pergi, kaumnya yakin azab
akan turun. Maka mereka segera bertaubat kepada Allah dan berdoa memohon ampun
kepada Allah agar azab itu diangkat dari mereka. Allah menjauhkan azab itu dari
mereka karena kesungguhan doa mereka.
Allah berfirman di dalam QS Yunus ayat 98 :
فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا
قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَىٰ حِينٍ
Artinya : ”Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu."
Nabi Yunus `alaihissalam pergi ke tepi laut dan menaiki
kapal. Pada saat Yunus `alaihissalam berada di atas kapal, ombak laut menjadi
dahsyat, angin menjadi kencang dan membuat kapal menjadi oleng hingga hampir
saja tenggelam. Melihat keadaan demikian, nakhoda kapal meminta barang-barang
yang berat dilempar ke laut untuk meringankan beban. Setelah barang-barang
berat dilempar ke laut, ternyata kapal itu tetap saja oleng hampir tenggelam,
para penumpangnya bermusyawarah untuk meringankan beban kapal dengan melempar
seseorang ke laut.
Mereka melakukan undian dan ternyata undian itu jatuh kepada
diri Nabi Yunus `alaihissalam. Undian itu dilakukan sebanyak tiga kali dan
hasilnya tetap sama. Maka Nabi Yunus `alaihissalam kemudian terjun ke laut.
Pada saat yang bersamaan Allah telah mengirimkan ikan paus besar yang langsung
menelan Beliau `alaihissalam. Nabi Yunus `alaihissalam pun tinggal di perut
ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan oleh ikan itu.
Beliau menyesali tindakannya karena meninggalkan umat yang
tidak mau bersujud kepada Allah. Beliau berdoa dengan nada penyesalan di dalam
perut ikan, seperti telah dijelaskan di dalam QS al-Anbiya ayat 87 yaitu:
لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Artinya: ”Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Singkat kisah, Nabi Yunus `alaihissalam selamat sampai ke
tepian berkat kasih sayang Allah. Hikmah dari kisah Nabi Yunus `alaihissalam
yang harus melompat ke dalam lautan demi keselamatan penumpang kapal yaitu Nabi
Yunus `alaihissalam tetap ingat kepada Allah dan memanjatkan doa kepada-Nya.
B. Kisah
Keteladanan Nabi Zakaria
Pengharapan Nabi Zakaria `alaihissalam untuk mendapatkan
keturunan tidak pernah surut. Nabi Zakaria `alaihissalam khawatir, bahwa bila
ia wafat tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin
dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan kemunkaran dan
kemaksiatan.
Sebagai orang yang diserahi amanah untuk melindungi Maryam
binti Imran, Nabi Zakaria `alaihissalam tiap hari pergi ke mihrab melakukan
salat sambil menjenguk Maryam.
Suatu hari ketika Nabi Zakaria `alaihissalam datang ke
mihrab, ia melihat Maryam di salah satu sudut mihrab sedang șalat (sujud), di
depannya terlihat berbagai jenis buah-buahan musim panas. Dalam hati Nabi
Zakaria `alaihissalam bertanya-tanya, dari mana datangnya buah-buahan musim
panas itu, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Setelah Maryam
selesai șalat, Nabi Zakaria `alaihissalam menanyakan tentang asal muasal
buah-buahan kepadanya: "Hei Maryam, dari manakah engkau mendapati
buah-buahan ini semua?" Maryam menjawab: "Ini adalah pemberian Allah
yang aku dapat tanpa dicari dan diminta. Di kala matahari terbit, aku
mendapatkan rezekiku ini sudah berada di depan mataku, demikian pula bila
matahari terbenam. Mengapa Bapak merasa heran dan takjub? Bukankah Allah
berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa
perhitungan?"
Nabi Zakaria `alaihissalam terus berdoa. Akhirnya ada
tanda-tanda kehamilan isteri Nabi Zakaria `alaihissalam, bahwa mulutnya tidak
akan bisa berbicara selama tiga hari padahal ia tidak sakit. Isteri Nabi Zakaria
`alaihissalam hanya bisa berbicara isyarat dengan tangan atau lainnya untuk
memahamkan orang. Selama tiga hari itu, ia harus memperbanyak bertasbih,
bertahmid di waktu pagi dan petang.
Allah memberi seorang anak kepada Nabi Zakaria
`alaihissalam. Anak yang diberi nama Yahya itu kelak dapat meneruskan dakwah
Nabi Zakaria `alaihissalam. Kisah Nabi Zakaria `alaihissalam dapat dijadikan
teladan. Untuk memperoleh keinginan, kita harus berusaha dan terus berdoa
dengan ikhlas dan tidak boleh putus asa.
C. Kisah Keteladanan Nabi Yahya
Nabi Yahya `alaihissalam adalah anak Nabi Zakaria
`alaihissalam. Beliau adalah seseorang yang cerdik pandai, berpikiran tajam
sejak ia berusia muda dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Di samping itu, Nabi Yahya `alaihissalam terkenal sebagai
seorang nabi yang teguh pendirian dalam berdakwah. Sebagai contoh Nabi Yahya
`alaihissalam tetap menyampaikan larangan Allah kepada Raja Hirodus yang ingin
menikahi anak tirinya, Herodia. Nabi Yahya `alaihissalam tidak menghiraukan
ancaman raja demi untuk menegakkan kebenaran dan melawan kebatilan. Bersama
Nabi Zakaria `alaihissalam (ayahnya), Nabi Yahya `alaihissalam berdakwah
menyebarkan agama tauhid kepada umatnya.
يَا يَحْيَىٰ خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ
صَبِيًّا وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً
ۖ وَكَانَ تَقِيًّا
Artinya : ”Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak ; dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa." (QS Maryam 12-13).
Berdasarkan kisah Nabi Yahya `alaihissalam di atas, kita
dapat mengambil suri teladan yaitu:
- Kita harus memiliki sikap yang tegas untuk mengatakan yang benar itu adalah benar dan yang salah tetaplah salah.
- Hormat kepada orang tua.
- Taat beribadah kepada Allah.
D. Kisah Keteladanan Nabi Isa
Nabi Isa `alaihissalam adalah utusan Allah dan diberi Kitab
Suci Injil. Nabi Isa`alaihissalam diutus kepada Bani Israil di Palestina, untuk
mengajarkan tentang keesaan Tuhan dan menyelamatkan mereka dari kesesatan.
Dalam menyampaikan ajaran tauhid, beliau mendapat penolakan Bani Israil namun
Beliau tetap gigih menyampaikannya.
Nabi Isa `alaihissalam merupakan salah satu dari Rasul Ulul Azmi.
Nabi Isa `alaihissalam diberi mukjizat oleh Allah antara lain:
- Dapat berbicara dengan manusia ketika masih bayi atau masih dalam buaian.
- Dapat menyembuhkan orang yang buta sejak lahir.
- Dapat menyembuhkan orang yang berpenyakit lepra dengan seizin Allah.
- Atas izin Allah, Beliau menghidupkan burung yang terbuat dari tanah liat.
Sebelum diangkat ke langit, Nabi Isa `alaihissalam
menyampaikan kabar kepada para pengikutnya bahwa akan datang seorang Nabi dan
Rasul bernama Ahmad (nama lain dari Nabi Muhammad shallallahu `alaihi
wasallam), yang ajarannya akan melengkapi seluruh ajaran Nabi dan Rasul
sebelumnya.
Allah berfirman dalam Surat As-Saff ayat 6:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي
رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا
بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
Artinya : "Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, ”Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” (Q.S. As-Shaff :6)
Berdasarkan kisah Nabi Isa `alaihissalam di atas, marilah kita ambil hikmah dan suri teladan sebagai berikut :
- Kita harus menjaga kehormatan diri, kehormatan orang tua dan keluarga. Seperti yang dicontohkan Maryam, ibunda Nabi Isa `alaihissalam.
- Kita harus berani berkata yang benar.
- Kita harus meyakini bahwa Nabi Isa `alaihissalam adalah seorang Rasul.
- Kita meyakini bahwa Nabi Isa `alaihissalam diberi wahyu berupa Kitab Suci Injil.
- Kita harus menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa dan Mahasuci.
- Kita yakin bahwa orang yang takwa pasti dilindungi oleh Allah seperti Nabi Isa `alaihissalam yang dikejar-kejar pasukan Romawi untuk disalib, tapi Allah menyelamatkannya.
E. Kisah
Keteladanan Ashabul Kahfi
Kisah Ashabul Kahfi menceritakan tujuh orang pemuda dan seekor anjing yang ditidurkan oleh Allah selama 309 tahun.
Kisah Ashabul Kahfi
dapat kita temui dalam Surat al-Kahfi.
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ
آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Artinya : ”Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah
mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS al-Kahfi
ayat 13)
Kisah Ashabul Kahfi merupakan kisah perjuangan tujuh orang
pemuda yang menyelamatkan keyakinannya kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka hidup
di negeri Syam yang dikuasai bangsa Romawi. Saat itu, Syam diperintah oleh gubernur
Romawi yang amat kejam, Daqianus namanya. Ia menyebar mata-mata ke seluruh
negeri Syam untuk menangkap anggota masyarakat yang tidak menyembah berhala
seperti yang dilakukan Daqianus.
Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada
Allah. Mereka teguh di atas keyakinan yang benar, meskipun bertentangan dengan
mayoritas masyarakat ketika itu. Ashabul Kahfi mengambil keputusan untuk
menghindari kejaran Daqianus dengan cara bersembunyi di gua. Demi menyelamatkan
akidah dan keyakinan mereka. Sebelumnya mereka berdoa dan Allah mengabulkan doa
mereka dan memudahkan urusan mereka. Mereka berlindung di dalam sebuah gua yang
cukup luas sehingga mereka bisa tinggal dengan nyaman di dalamnya. Allah
menidurkan mereka di dalam gua tersebut selama 309 tahun sehingga mereka tak
dapat dibangunkan oleh suara apa pun.
Ketika Allah membangunkan Ashabul Kahfi, salah satu dari
mereka pergi ke kota dengan membawa uang untuk membeli makanan. Ternyata ia
mendapati negeri (yaitu negeri Daqianus) sudah berubah, penduduk dan pemerintah
pun telah berganti. Penduduk tidak mengenali mereka, juga tidak seorang pun
yang dia kenal dari penduduk negeri tersebut.
Demikianlah kisah Ashabul Kahfi yang beriman kepada Allah,
keimanan dan kejujuran mereka dibalas Allah dengan menyelamatkan dan memuliakan
mereka. Oleh sebab itu, kita harus memiliki sikap teguh pendirian terhadap
keyakinan yang benar seperti yang dicontohkan Ashabul Kahfi.
0 komentar:
Post a Comment
Pembaca yang baik, selalu meningggalkan pesan.