Saturday, June 2, 2012

Konsep Dasar: Pengertian Konseling

Informasi Halaman :
Author : Syarif Hidayatullah, Staf Pengajar PAI di SMK Umar Mas'ud Sangkapura.
Judul Artikel : Konsep Dasar: Pengertian Konseling
URL : http://ibnsyam.blogspot.com/2012/06/konsep-dasar-pengertian-konseling.html
Bila berniat mencopy-paste artikel ini, mohon sertakan link sumbernya. ...Selamat membaca.!
Bimbingan dapat diberikan melalui konseling dengan kata lain, konseling merupakan suatu saluran bagi pemberian bimbingan.[1] Konseling (counseling) merupakan bagian integral dari bimbingan. Konseling sebenarnya merupakan salah satu teknik atau layanan di dalam bimbingan, tetapi teknik atau layanan ini sangat istimewa karena sifatnya yang lentur atau flelsibel dan komprenhensif. [2]

Konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan, tetapi merupakan teknik inti atau teknik kunci.[3] Hal ini dikarenakan konseling dapat memberikan perubahan yang mendasar, yaitu berupa sikap. Sikap mendasari perbuatan, pemikiran, pandangan, perasaan, dan lain- lain.

Istilah konseling dahulu diterjemahkan dengan “penyuluhan”. Penerjemahan penyuluhan atas kata konseling ternyata menimbulkan kerancuan dan sering menimbulkan salah persepsi. Dalam praktik pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah termasuk madrasah, konseling dengan arti penyuluhan tidak dilakukan seperti halnya penyuluhan pertanian, hukum, keluarga berencana, dan lain- lain; dimana orang dikumpulkan dalam jumlah yang banyak lalu penyuluh memberikan ceramah. Dalam dunia pendidikan (di sekolah atau madrasah), praktik konseling (yang diterjemahkan penyuluhan) dilakukan dalam suasana hubungan atau komunikasi yang bersifat individual.

Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinnya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologi berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

Seperti halnya bimbingan, secara terminologis konseling juga dikonsepsikan sangat beragam oleh para pakar bimbingan dan konseling. Rumusan tentang konseling yang dikonsepsikan secara beragam dalam berbagai literatur bimbingan konseling, memiliki makna yang satu sama lain ada kesamaannya. Kesamaan makna dalam konseling setidaknya dapat dilihat dari kata kunci tentang konseling dalam tataran praktik, di mana konseling merupakan: (1) proses pertemuan tatap muka atau hubungan atau relasi timbal balik antara pembimbing (konselor) dengan klien (siswa), (2) dalam proses pertemuan atau hubungan timbal balik tersebut terjadi dialog atau pembicaraan yang disebut dengan wawancara konseling. Kata kunci di atas terdapat dalam hampir semua rumusan tentang konseling.
Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupaka proses hubungan antarpribadi di mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. Dalam pengertian ini jelas menunjukkan bahwa konseling merupakan situasi pertemuan atau hubungan antarpribadi (konselor dan konseli atau klien) di mana konselor membantu konseli agar memperoleh pemahaman dan kecakapan menemukan masalah yang dihadapinya.[4]

Konseling merupakan situasi pertemuan tatap mukan antara konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya bersama- sama sehingga klien dapat memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan sendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa konseling merupakan suatu situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien di mana konselor berusaha membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi klien (siswa) berdasarkan pertimbangan bersama- sama, tetapi penentuan pemecahan masalah dilakukan oleh klien sendiri. Artinya bukan konselor yang memecahkan masalah klien.

Konseling juga berarti relasi atau hubungan timbal balik antara*dua orang individu (konselor dengan klien) di mana konselor berusaha membantu klien untuk mencapai pengertian tentang dirinta sendiri dalam hubungannya dengan masalah- masalah yang dihadapinya pada saat ini dan yang akan datang.

American Personnel and Guidance Association (APGA) mendifinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang terlatih secara professional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan. Makna dari pengertian ini adalah bahwa konseling merupakan hubungan secara professional antara konselor dengan klien di mana konselor membantu klien yang mencari bantuan agar kien dapat mengatasi kecemasan atau konflik atau mampu mengambil keputusan sendiri atas pemecahan masalah yang dihadapinya.

Surya (1988) menyimpulkan tentang konseling berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para pakar konseling sebagai berikut. Pertama, konseling merupakan alat xang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan.

Kedua, dalam konseling terlibat adanya pertalian (hubungan) dua orang individu, yaitu konselor dan klien, di mana konselor membantu klien melalui serangkaian interview dalam serangkaian pertemuan.

Ketiga, interview merupakan alat utama dalam keseluruhan kegiatan konseling.

Keempat, tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah agar klien: (a) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, (2) mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat perkembangan yang optimal, (3) mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya, (4) mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya, (5) memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif terhadap dirinya maupun lingkungannya, (6) mencapai taraf aktualisasi diri dengan potensi yang dimilikinya, (7) terhindar dari gejala- gejala kecamasan dan salah suai (maladjustment).

Kelima, konseling merupakan kegiatan professional, artinya dilaksanakan oleh orang (konselor) yang telah memiliki kualifikasi profesional dalam pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualitas pribadinya.

Keenam, konseling merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fundamental dalam diri klien terutama perubahan dalam sikap dan tindakan.

Ketujuh, tanggung jawab utama dalam pengambilan keputusan berada di tangan klien dengan bantuan konselor.

Kedelapan, konseling lebih menyangkut masalah sikap daripada tindakan.

Kesembilan, konseling lebih berkenaan dengan pengahayatan emosional daripada masalah- masalah intelektual.

Kesepuluh, konseling berlangsung dalam suatu situasi pertemuan yang sedemikian rupa.[5]

Menurut Leona. E. Tylor, ada lima karakteristik yang sekaligus merupakan prinsip- prinsip koseling. Kelima karakteristik tersebut adalah:
  1. Konseling tidak sama dengan pemberian nasehat (advicement), sebab di dalam pemberian nasehat proses berpikir ada dan diberikan oleh penasehat, sedang dalam konseling proses berpikir dan pemecahan ditemukan dan dilakukan dengan klien sendiri.
  2. Konseling mengusahakan perubahan- perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola- pola hidup.
  3. Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan.
  4. Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan intelektual.
  5. Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan orang lain.


   Konseling memegang peranan penting dalam bimbingan, sering disebut sebagai jantungnya bimbingan (counseling is the heart of guidance), konseling sebagai inti bimbingan (counseling is the core guidance), konseling sebagai pusatnya bimbingan (counseling is the center guidance). Sebab dikatakan jantung, inti, atau pusat karena konseling ini merupakan layanan atau teknik bimbingan yang bersifat terapeutik atau bersifat menyembuhkan (curative).



[1] Winkel bimbingn dan konseling di sekolah menengah PT.Gramedia, Jakarta. 1989. Hal: 19
[2]Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta; PT RajaGrafindo Persada. 2009. hal. 21
[3]Farid Hasyim dan Mulyono. Bimbingan & konseling Religius. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.2010. hal. 35
[4] Hallen, bimbingan konseling,Jakarta: ciputat press, 2002, hal 10

[5]Ibid. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). hal. 21-25
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di ibnsyam.blogspot.com

0 komentar:

Post a Comment

Pembaca yang baik, selalu meningggalkan pesan.